Disfungsi Ereksi – Tahukah Anda, bahwa hubungan seksual yang tidak sehat dan tidak bahagia dalam pernikahan dapat merusak keharmonisan sepasang suami istri? Salah satu contohnya adalah ketika sang pria ataupun sang wanita tidak mampu memberikan kepuasan di ranjang.
Hal ini bukan karena hilangnya rasa sayang dan ketertarikan yang ada pada sepasang suami istri, hanya saja mereka merasa bingung karena tidak mendapatkan kepuasan saat melakukan hubungan intim. Dan hal ini bukanlah salah sang istri ataupun suami. Namun lebih dikarenakan oleh masih banyaknya pasangan yang belum memahami adanya masalah terhadap seksualitas seseorang.
Pada pria, masalah seksual yang sering terjadi adalah disfungsi ereksi. Pada usia lanjut atau di atas 50-an, kebanyakan pria biasanya mengalami gangguan disfungsi ereksi atau ereksi tidak sekuat saat masih muda. Namun, ternyata pria usia muda juga bisa saja mengalami gangguan disfungsi ereksi.
Jadi penyakit ini tidak melihat kondisi umur si penderita. Dan penting bagi perempuan untuk mengetahui bahwa disfungsi ereksi tidak terjadi karena pria tersebut tidak tertarik atau tidak mampu berhubungan seks.
Terdapat 3 kondisi yang bisa menjadi tanda-tanda gangguan disfungsi ereksi, yaitu tidak bisa ereksi, bisa ereksi tetapi hanya sebentar, dan kurangnya gairah seks, Apakah kamu atau pasanganmu memiliki kondisi seperti ini juga?
Terkadang kondisi disfungsi ereksi menjadi momok bagi beberapa pria dewasa, dimana banyak pria merasa malu untuk berkonsultasi dengan dokter ataupun pasangan wanita enggan untuk berkomunikasi hal seperti ini kepada sang pria. Padahal hal tersebut yang harus diperhatikan agar pasangan menemukan kepuasan seksual saat berhubungan intim.
Terpicunya gairah seksual pria hingga terjadinya ereksi merupakan proses yang tidak sederhana. Proses tersebut melibatkan otak, saraf, otot, pembuluh darah, hormon, dan emosi.
Disfungsi ereksi biasanya terjadi jika hal-hal tersebut mengalami masalah. Berikut ini adalah factor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi ereksi, di antaranya:
Faktor penyakit
Dalam kebanyakan kasus, disfungsi ereksi disebabkan oleh kondisi medis, seperti, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, obesitas, sindrom metabolic, penyakit peyronie, gagal ginjal.
Faktor obat-obatan dan tindakan medis
Meski dapat mengatasi penyakit, sebagian obat ada yang menimbulkan efek samping berupa disfungsi ereksi. Di antaranya adalah: antidepresan, antipsikotik, antihipertensi, obat kanker prostat, obat penurun kolesterol.
Selain itu, penggunaan obat-obatan terlarang semacam kokain atau ganja juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Begitu juga dengan alkohol. Orang yang sudah kecanduan alkohol akan rentan mengalami disfungsi ereksi.
Salah satu contoh tindakan medis yang paling berisiko menyebabkan disfungsi ereksi adalah operasi pada prostat dan kandung kemih.
Faktor cedera
Cedera pada tulang belakang, tulang panggul, atau penis, seperti penis patah, yang menyebabkan kerusakan saraf atau pembuluh darah berisiko menyebabkan disfungsi ereksi. Cedera bisa berupa cedera yang besar maupun cedera yang kecil tapi terjadi berulang-ulang.
Faktor psikologis
Ternyata faktor psikologis juga menjadi salah satu faktor yang paling sering yang tidak disadari sebagai penyebab terjadinya disfungsi ereksi. Pada dasarnya, otak dapat memainkan peran penting dalam memicu ereksi. Ereksi dimulai dengan adanya gairah seksual saat terdapat rangsangan.
Namun, rangsangan seksual bisa tidak berpengaruh jika pria mengalami stres, depresi, kecemasan, atau masalah psikologis lainnya.
BACA JUGA: I2PL Treatment Menghilangkan Tekstur Kulit Ayam Pada Kulit
Hal-Hal yang Perempuan Wajib Perhatikan Jika Pasangan Mengalami Disfungsi Ereksi :
Kenali disfungsi ereksi
Perempuan sebagai pasangan perlu berkomunikasi secara baik kepada suami jika suami mengalami disfungsi ereksi. Istri sebagai penolong suami seharusnya ikut mendampingi ketika melakukan kunjungan ke dokter, mengajukan pertanyaan, dan berperan aktif dalam proses pengobatan kepada suami.
Jangan merasa bersalah
Perempuan mungkin merasa bahwa mereka adalah bagian dari masalah pria mengalami disfungsi ereksi dan tersinggung ketika pasangannya mengalami disfungsi ereksi. Akan tetapi, dalam kebanyakan kasus ada alasan fisik atau emosional untuk disfungsi ereksi yang tidak ada hubungannya dengan pasangan atau perasaan tidak tertarik dengan pasangan.
Disfungsi ereksi bisa diobati
Tenang, sekarang ini disfungsi ereksi dapat diobati dengan beberapa cara, seperti Terapi Shockwave (Extracorporeal Shockwave Therapy/ ESWT), obat-obatan, atau dengan prostesis penis. Pengobatan tersebut bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisinya.
Perbedaan pengobatan dengan Terapi Shockwave dan penggunaan obat-obatan
Terapi Shockwave (Extracorporeal Shockwave Therapy/ ESWT) merupakan terapi yang memanfaatkan energi mekanis dengan intensitas tinggi, cepat dan singkat ke dalam jaringan lunak yang mengalami kerusakan, parut, adhesi (perlengketan), nyeri atau meradang.
Shockwave dapat meningkatkan aliran darah lokal, memperbaiki respon penyembuhan, memecah jaringan parut dan perlengketan, mengurangi spasme otot dan secara langsung mengurangi nyeri. Aplikasi shockwave hanya butuh waktu singkat sekitar 3-5 menit, dan biasanya dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien.
Keluhan yang kadang dirasakan hanya berupa sedikit rasa tidak nyaman. Terapi ini dapat dipakai untuk berbagai kondisi seperti plantar fasciitis, heel spur, jumper’s knee, rotator cuff tendonitis, tennis elbow, dll. Efektivitas shockwave sudah divalidasi oleh banyak penelitian dan menunjukkan keberhasilan hingga 90%.
Contohnya pada pasien frozen shoulder/ adhesive capsulitis, perbandingan antara efektivitas terapi ESWT dan pemberian steroid menunjukkan bahwa sejak terapi minggu ke-4, group ESWT mengalami perbaikan signifikan dibandingkan group steroid dalam hal nyeri dan kemampuan aktivitas sehari-hari. Di Jakarta Barat, Terapi Shockwave hanya baru ada di Q Derma Clinic Jakarta
Disfungsi ereksi adalah masalah seksual yang mempengaruhi kedua pasangan dalam suatu hubungan. Cara terbaik untuk mengelola dan mengatasinya adalah dengan berusaha mencari solusi bersama. Komunikasi yang terbuka dan jujur adalah dasar dari hubungan seksual yang baik, dan agar dapat menjaga keutuhan rumah tangga yang dilandasi rasa cinta kasih.
0 Comments